Welcome to Wonderland!

A compilation of wonders where things might be found upside down. Feel free to do and say anything out of the ordinary. Wish you a safe journey back into reality after reading all these.

Selasa, 11 Mei 2021

pikiran-pikiran aneh, mungkin juga gelap.

/warning : sedikit...sedih, depresif. tidak perlu dibaca bila kamu sedang sedih, mungkin.
ini adalah tulisan pengakuan, bahwa aku seorang pecundang, mungkin.

 

Akhir-akhir ini aku memikirkan tentang pemrosesan traumaku yang seakan tak kunjung usai.

Tadinya aku merasa cukup bahagia dengan semua yang ada. Cukup bahagia bisa hidup bernafas dan melihat dedaunan yang berputar di angin.

Namun sekarang aku sudah menginjak usia paruh abad. Di usia ini tekanan masyarakat semakin keras. Begitu kerasnya hingga aku merasa seakan aku adalah manusia yang gagal apabila aku tidak dapat menemukan pasangan dan lalu menikah seperti yang umumnya diharapkan.

Sejujurnya aku masih menganggap bahwa menikah atau tidak, bukanlah parameter kesuksesan. Lihatlah orang-orang hebat seperti Leonardo da Vinci maupun para sufi yang tidak menikah hingga akhir hayatnya, itu sama sekali tidak mengurangi nilai mereka sebagai manusia.

Namun, aku bukanlah orang sehebat mereka. Aku tidak berdedikasi maupun memiliki iman yang kuat.

Aku hanya seorang yang biasa saja, namun merasa agak tak sanggup untuk memulai keluarga.

Bukan berarti aku kekeuh ingin single seumur hidupku. Tidak juga. Bila menemukan seseorang yang kucintai dan mencintaiku, lalu kita bisa bersama, betapa indah kedengarannya. Namun...

Aku merasa bagaikan gelas yang berulang jatuh dan pecah berkeping-keping. Memilikiku hanya akan membuat tangan seseorang berdarah.

Baiknya aku memperbaiki diri dahulu, namun kapan aku akan selesai? Entahlah...

Sejujurnya aku merasa bahwa mungkin aku akan bisa bahagia membentuk keluarga yang lain, mungkin mereka yang juga tak sanggup menikah dan berkeluarga karena sebab tertentu. Hidup dengan menjunjung nilai-nilai yang kami anggap penting, mungkin dengan menjadi ramah lingkungan dan lain sebagainya. Tidakkah cukup kami bersama saling menjaga satu sama lain dan menikmati indahnya dunia? Meskipun kami bukanlah ayah, ibu, dan anak. Mungkin, kami pun bisa saling menyembuhkan, nantinya.

Bila salah satu dari kami menemukan keluarga lain, aku tidak berkeberatan juga.

Asalkan kami dapat menerima satu sama lain apa adanya.

Namun... apakah itu benar?

Ataukah aku memang hanya seorang pecundang yang tak cukup berharga sehingga tak dapat memilih dan dipilih seseorang? Apakah aku hanya keras kepala tak mau mengakui bahwa aku begitu gagal?

Seberapa hebatkah aku harus menjadi sehingga ini semua diterima?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar